Sticky post

Mulai Kebiasaan Mengolah Sampah organik di Apartemen Menjadi Pupuk Kompos

Gue selalu berusaha untuk “membuang sampah pada tempatnya”. Tapi somehow gue merasa itu nggak cukup, gue nggak enak waktu sedang memproduksi sampah di rumah gue sendiri. Katakanlah, sampah dari sisa bahan makanan atau sisa makanan yang ada di tempat sampah gue, setelah sehari, pasti besoknya bau dan ada lalat kecil di dalam bak sampah. Gue aja megangnya udah ketakutan, gimana yang mengolah ya?

Sebetulnya gue sedang mencoba mempraktekan gaya hidup minimalis secara bertahap. Sekarang gue jarang banget belanja impulsif, bahkan suka beli barang preloved. Untuk mengurangi sampah produksi gue sendiri juga, sudah beberapa bulan gue nggak lagi menggunakan pembalut sekali pakai. Gue ganti pakai pembalut cuci ulang yang terbuat dari kain natural. Rasanya jadi lebih sehat karena nggak menggunakan pembalut yang dibuat dengan proses kimia, dan juga lebih “ngirit bikin sampah”. Ngirit duit juga karena nggak harus beli pembalut sekali pakai terus.

Menurut blog Sustaination, sampah sisa organik menyumbang sebanyak 50-60% volume sampah yang ada di TPA, jauh lebih banyak daripada volume sampah plastik yang menyumbang sebanyak 14%. Diprediksi pada tahun 2021, TPA Bantar Gebang di Bekasi akan penuh karena kita nggak mengolah sisa sampah organik di rumah masing-masing. Continue reading “Mulai Kebiasaan Mengolah Sampah organik di Apartemen Menjadi Pupuk Kompos”

Sticky post

Karena Delivery Melulu, Menantang Diri Bikin Makanan atau Minuman Baru Selama 30 Hari

Sebelum gue menikah, hampir tiap hari gue pasti delivery makanan menggunakan Go-Food atau GrabFood. Kadang rasanya pengen masak sendiri biar lebih sehat dan nggak boros, tapi karena sehari-hari sambil kerjain kerjaaan buat klien ahensi jadinya suka berasa capek kalau harus masak lagi. Yaudahlah duit sendiri dan hidup sendiri ya bebas bagai burung cuy. Kadang sampe bingung mau pesan makanan apa padahal banyak pilihan di aplikasi.

Cuci piring
Apalagi kalo masak, cucian numpuk. Sakit pinggang nggak lihatnya?

Tiba-tiba pandemi Covid-19 merajalela, jadi ada rasa khawatir untuk makan makanan dari delivery karena menyentuh kantong plastik paketnya saja gue takut. Untungnya suami gue suka masak jadi kita sepakat belanja mingguan dan biasanya kita ganti-gantian masak. Btw dia lebih sering dan niat masak dibanding gue, dan hasilnya enak semua.

Dan gara-gara Covid-19 gue sempet stres gundah gulana di apartemen, mencoba beradaptasi bertahan hidup di tengah situasi ini. Apa aja yang bikin stres? Nggak jadi honeymoon, nggak bisa keluar apartemen, khawatir akan hari esok, 2 klien nge-cut projek karena mereka kena efek pandemi, dst. Bete bets.

Tapi banyak hal juga yang positif. Misalnya, jadi lebih sering baca buku, nge-cut hubungan sama toxic people, hapus-hapusin subscribe apps yang nggak perlu, dst. Spark joy! Ahhh gue pengen nyobain hal baru!

Terus gue random pengen coba masak makanan baru dan menantang diri gue masak menu yang nggak pernah gue bikin, selama 30 hari! Dimulai dari 28 Mei 2020.

#MenantangDiriMasakMenuBaru30Hari

Dan tentu saja di tengah jalan menghasilkan masakan yang gagal total! Dan ada beberapa hari skip karena berbagai alasan seperti sudah kenyang karena makan makanan dari luar, masak comfort food yang bukan resep baru. Ada ajalah halangan dan rintangannya macam Tong Sam Cong ambil kitab suci ke Barat. Tapi hasilnya not bad! Dari 54 hari, gue bikin 30 makanan atau minuman baru! Achievement banget ini buat gue.

Continue reading “Karena Delivery Melulu, Menantang Diri Bikin Makanan atau Minuman Baru Selama 30 Hari”

Sticky post

Gue Nonton Ramayana Balet di Candi Prambanan

Kemarin gue nemu video tourism keren tentang Raja Ampat di timeline Facebook gue.

Menurut gue video ini keren parah sih. Indonesia banyak banget tempat-tempat kece badai, dan bagus banget kalau bisa dipromosikan dengan baik. Ya, asal pas tempatnya rame, turis nggak nyampah aja sih.

Gue juga mau share tentang salah 1 objek wisata kita ah! Hahaha.

Sebelumnya, gue bercerita kalau 27-31 Desember 2017, gue dinas menemani Klan Kusnadi berlibur di Jogja. Salah satu tempat yang kita kunjungi adalah komplek candi Hindu terbesar di Indonesia yang masuk dalam situs warisan dunia dari UNESCO , yaitu Candi Prambanan Continue reading “Gue Nonton Ramayana Balet di Candi Prambanan”

Sticky post

Gue Ninep di Pondok Sare, Yogyakarta

27-31 Desember 2017, gue dinas menemani Klan Kusnadi berlibur di Jogja. Seperti biasa kita nyari tempat menginap yang non mainstream dan nggak mahal. Tepatnya ade gue si Kusnadi kecil. Dia yang nyari, gue terima beres. Kalau terakhir sebelum ini, ketika gue pergi sendiri ke Jogja, gue ninep di Ngadiwinatan Homestay di daerah Malioboro. Kali ini mau nyobain yang lain dong ah.

BACA JUGA: PERTAMA KALI NYOBAIN NGEHOMESTAY DI NGADIWINATAN MALIOBORO KERATON YOGYAKARTA HOMESTAY

 

Pondok Sare
Pilihan rekomendasi Kusnadi Kecil jatuh kepada Hostel Pondok Sare. Katanya sih murah dan pas dia lihat di gallery onlinenya, tempatnya asik.

Pondok Sare kamar
Ini tampilan online kamar di Pondok Sare. Dari dulu gue penasaran rasanya ninep di hostel tuh gimana, tapi rasanya gimana gitu kalau sekamar sama orang yang nggak dikenal. Tapi karena dalam perjalanan ini gue berangkat ber-4 (gue, adik gue si Kusnadi kecil, kakak gue si Kusnadi medium dan pacarnya Kusnadi medium), jadi sekamar sama orang yang dikenal semua.

Pondok Sare
Salah satu preview Pondok Sare di gallery onlinenya di Booking.com, bule-bule lagi asik rendeman kaki di kolam. Dan gara-gara picture ini, adek gue ngotot mau nyobain ninep di sini dong.

Harga Pondok Sare
Kata Kusnadi kecil, untuk 3 malam, harganya cuma 1,52 juta rupiah. Karena gue ninep ber-4, berarti seorang jatohnya cuma 380 ribu. Semalam cuma 126 ribuan. Kan gilak. Tau nggak apa yang lebih gilak lagi? Harga segini udah sama free breakfast setiap hari. APPROVED!

Continue reading “Gue Ninep di Pondok Sare, Yogyakarta”