

Laporan WHO 2012 menyatakan ada 9.105 kasus bunuh diri di Indonesia. 5.206 kasus diantaranya terjadi pada perempuan.


—
Dan kalau menurut Kumparan.com, “tanda-tanda depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres. Kemunculannya pun bisa bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari kapan depresi pertama kali menyerang. Berbagai gejala depresi yang biasanya terjadi:
- Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga
- Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi
- Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina
- Sulit mengambil keputusan
- Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya
- Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit mengingat-ingat
- Merasa bersalah, gagal, dan sendirian
- Berpikiran negatif secara terus-menerus
- Mudah kecewa, marah, dan tersinggung
- Sulit menjalani kegiatan sehari-hari
- Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati
- Adanya pikiran untuk bunuh diri”
—
Dulu, gue juga sempat mengalami masa-masa yang cukup kelam. Tidak menyenangkan. Selama beberapa lama gue berada dalam lingkungan yang sangat negatif (bukan berarti nggak ada sisi positifnya dari lingkungan itu). Lama kelamaan, segala kenegatifan itu memenuhi kepala gue, dan rasanya gue jadi suram aja gitu. Semua seperti nggak ada jalan keluarnya, hari-hari sudah nggak cerah lagi. Di waktu yang sama gue sadar akan semua kenegatifan itu, tapi gue nggak bisa let go itu semua karena beberapa alasan sentimental maupun hal lainnya.
BACA JUGA: Mahalnya Lingkungan dan Network
Dan yang gue sadar adalah, gue jadi capek, berasa nggak optimis, nggak bisa mikir enak, dan yang lebih rempong lagi adalah, gue merasa kayak sampah, bodoh, nggak pantas punya masa depan yang cerah, nggak capable ngapa-ngapain dst. Pokoknya negatif banget deh. Shedi. Entah sejak kapan, gue jadi susah tidur. Bahkan gue sampai sempat meminum alkohol setiap hari untuk membantu gue tidur. Setiap hari.
Dan saat itu kelelahan gue nggak gue utarakan kepada siapapun. Ketika akhirnya diutarakanpun, gue nggak mau keluar dari lingkungan negatif yang gue punya. Seperti ada sesuatu yang mengikat. Sulit rasanya. Gue memikirkan semua orang, semua yang udah gue bangun di lingkungan tersebut. Dan gue takut kalau gue pergi, itu akan berakibat buruk untuk circle tersebut. Beruntungnya gue punya lingkungan lain yang positif dan sayang sama gue. Gue dijagain, ditemenin dan dicoba untuk ditolong. Untuk ini, gue sangat bersyukur.
BACA JUGA: Memilih Circle Terdekat
BACA JUGA: Temen Beneran Nggak Minta Harga Temen Apalagi Gratis
Gue selalu pengen apa yang gue buat bisa membantu banyak orang. Akhirnya satu titik gue sadar, sebelum menolong orang lain, gue harus menolong diri sendiri dulu. Gue jadi inget ketika menjadi PMR (Palang Merah Remaja) di SMA, gue diajarkan prinsip dalam penyelamatan yaitu, pastikan diri lo sendiri selamat dulu, baru bantu orang lain. Yaiyalah! Kalo lo sendiri modar, gimana caranya lo menolong orang lain dengan maksimal? Frontalnya, kalo lo mati ya lo dikubur, nggak bisa ngapa-ngapain lagi apalagi nolongin orang. Yang ada mah gentayangin orang!
BACA JUGA: Bagi Tuh Rejeki, Jangan Bagi Sampah
Dan gue memilih untuk bahagia. Gue mau memilih lingkungan yang positif. Gue mau memilih lingkungan yang nggak menjadi toxic buat gue. Sebelum gue lupa, gue sadar kalau gue bisa memilih.
Kalau lo berada dalam situasi yang membuat lo depresi, mendingan segera cari solusi, pertolongan. Ambil keputusan untuk menyelesaikan masalah. Lo bisa memilih.
Kalau kata temen gue, Aditya Suryadarma, “Jo, lo kayaknya harus lebih menikmati ‘saat ini’ deh, nggak perlu terlalu musingin yang akan datang yang akan datang terus. Enjoy your life lah. Kalau kata gurunya Po (tokoh di film Kungfu Panda): “Yesterday is history, Tomorrow is a mystery, but Today is a gift. That is why it is called the present.””
Ketika lo tau orang di sekitar lo ada yang sedang membutuhkan pertolongan lo, gue sangat menghargai ketika lo mengambil keputusan untuk membantu dia, kalau itu nggak membuat diri lo sendiri modar. Kalau memang perduli, keperdulian itu bisa kelihatan kok. Gue selalu percaya, kalau niat mah kita pasti bisa kok membantu orang lain. Walaupun cuma memberikan waktu kita untuk mendengarkan, atau melangkahkan kaki untuk menemani.
You know what’s crazy, gue baru selesai posting soal ini (ngecopy dari IG stories panning gue seminggu yg lalu) dan ternyata perspektif kita sama banget termasuk tentang PMI (selamatkan diri dulu!) ❤
LikeLiked by 1 person
Yoiiii tapi itu prinsipnya justru muncul setelah merasakan kecelakaan terdalam, baru ngerti dan mengimani prinsip itu lol. Otw ke artikel lo ah
LikeLike
Linknya gak nemuuu bagi donggg Des!
LikeLike
wah pas banget gua lagi ngalamin ini sekarang. obatnya cuma sih satu, live in the moment (walaupun susah dilakuin, cuman gampang diomongin). apalagi bagian alkohol itu, duh, in vino veritas. eh gua udah ngebacot & scroll post sampe bawah sini tapi belom kenalin diri. haha, maap2 kebiasaan. nice post u got here!
LikeLiked by 1 person
Thanks dude. Salam kenal juga
LikeLike