Sebelum ada yang salah paham setelah baca judul di atas, gue kasih tau. Gue bukan agent asuransi. Jadi jangan kasih reaksi kayak gini yak! Hahahaha.
Oke, cerita dimulai.
Suatu hari gue ketemuan dengan seorang teman yang dulu menempuh pendidikan bareng di SMP Santo Yoseph, Jakarta. Waktu ketemuan, gue kaget, nih anak nggak berubah ya secara fisik dibanding dulu. Kayak sama aja gitu sama dulu ahahahha. Terus dia juga ngomong. “eh kok lo nggak berubah ya Jo? Ahahahahahah.” Trus:
“Eh Jo, tapi kok sekarang lo tompelan sih? Dulu kan nggak? Itu idung lo jadi ada tompel gitu.”
“Hah? Ini tompel kan dari dulu ada Ki.”
Heng
Ahahaha tapi kalau emang temen gue ga inget yaudahlah ya. Wajar juga sih nggak inget, terakhir ketemu aja pas SMP. Sekarang udah bangkotan. Yaudahlah ya.
Memang orang lain nggak punya kewajiban untuk memperhatikan diri kita. Tapi kita berkewajiban memperhatikan diri kita sendiri. Contohnya bagaimana kita memutuskan bekerja di mana, bagaimana pola makan dan apa yang kita asup, bagaimana mengatur keuangan kita, dengan siapa kita bersahabat, dan yang saat ini mau gue bahas adalah mengenai asuransi ataupun bentuk jaminan kesehatan lainnya.
Asuransi kesehatan ataupun BPJS itu penting, pake banget. Tapi banyak yang belum mengerti, jadi nggak mau spending uang untuk hal ini. Karena nggak ada benefitnya aja gitu kayaknya. Apalagi kalo dompetnya kayak gini, jaminan kesehatan jadi kayak buang duit ke laut
Gue sendiri dulu mikirnya, dalam asuransi gue akan diharuskan membayar premi tiap bulan, dan kalau tetiba gue kenapa-kenapa maka premi tiap bulan yang gue tanam bakalan hangus. Kayak asuransi mobil gitu. Tapi ternyata asuransi itu ada bermacam-macam!
Tapi ngomong-ngomong, apa sih bedanya BPJS dengan asuransi?
Sistem berobat
BPJS berlaku sistem rujukan berjenjang, jadi lo harus datang dulu ke fasilitas kesehatan (faskes) tingkat 1 yaitu puskesmas, klinik atau dokter keluarga, yang sudah ditunjuk oleh BPJS. Apabila kasus kesehatan lo nggak cukup ditangani di level faskes tingkat 1,maka mereka akan memberikan rujukan ke Rumah sakit yang memang bekerjasama dengan BPJS. Keputusan rujukan ke RS mana sepenuhnya di bawah otoritas faskes tingkat 1. Jadi kita nggak bisa deh dengan bebas memilih mau ke dokter langganan misalnya. Kecuali untuk yang sedang di luar kota, bisa meminta surat rujukan dari faskes tingkat 1 setempat. Untuk peserta dengan kondisi gawat darurat bisa langsung ke unit IGD dan biaya akan ditanggung oleh BPJS.
Untuk asuransi kesehatan, biasanya lo bisa langsung ke rumah sakit yang bekerjasama dengan asuransi terkait, dan boleh memilih dokter yang menurut lo the best misalnya. Dibanding BPJS, administrasi untuk pengguna asuransi kesehatan di RS biasanya prosesnya lebih cepat.
2. Sistem Pembayaran
Nasabah BPJS membayarkan beban jaminan kesehatan setiap bulannya tergantung besaran jenis paket yang dipilih. Ketika datang untuk menggunakan layanan BPJS di Faskes tingkat 1 ataupun rumah sakit, kita cukup membawa berkas yang dibutuhkan (KTP, dst). Kalau memang besar biaya pengobatan lebih besar karena kita menggunakan layanan kesehatan diluar dari yang ditanggung BPJS), bayar selisihnya (Source pic)Untuk yang asuransi kesehatan, tergantung jenis asuransi dan riders (produk tambahan) yang diambil. Misalnya gue ada polis yang isinya produk dengan sistemreimburse, jadi gue mendapatkan pelayanan rumah sakit seperti biasa yang dibayar dulu dengan kocek sendiri, belakangan baru gue tebus biaya yang gue bayar tadi ke asuransi gue. Tapi gue juga punya polis lain dengan produk yang dapet kartu rumah sakit dari asuransi. Dengan polis ini, gue bisa dirawat tanpa mengeluarkan kocek sendiri di RS dengan mengurus administrasi RS dari awal dengan kartu sakti ini. Pokoknya cashless. Ntap.
3. Cover terhadap jenis penyakit
BPJS kesehatan mengcover semua jenis penyakit (kecuali penyakit galau, urus sendiri aje), untuk asuransi kesehatan, manfaat rawat inapnya juga mengcover semua jenis penyakit dengan melewati masa tunggu. Bedanya, pada BPJS tidak mencakup area berobat diluar Indonesia dan BPJS tidak ada produk berupa mendapatkan uang pertanggungan untuk meninggal dunia maupun sakit kritis dan kecelakaan. Khusus pada produk seperti sakit kritis, jenis-jenis penyakit yang dicover harus di cek pada polis terkait
Tapi ada beberapa kondisi di mana klaim asuransi kesehatan ditolak atau uang pertanggungan nggak diberikan kepada nasabah atau ahli waris si nasabah, yaitu apabila:
1. NON DISCLOSURE
Kalau nasabah nggak jujur mengenai riwayat kesehatan sebelum membuka polis, ketika proses pengisian data di form aplikasi pengajuan asuransi. Misalnya sudah punya riwayat sakit darah tinggi, kista, sakit cinta, dst. Eh, tau-tau seminggu setelah polis jadi, malah sakit cintanya kumat. Nggak dicover. Soalnya biar gimanapun, asuransi kan bisnis mereka. Pasti mereka maunya kalau nasabahnya sehat-sehat, biar nggak banyak yang diklaim lah.
2. LAPSE
Nasabah nggak membayar premi sampai waktu jatuh tempo, lalu polis lo mati dan nggak bisa dipakai lagi. Kalau polis udah dikebumikan, berati otomatis nggak bisa diklaim deh jaminan kesehatan maupun uang pertanggungannya. Yha…
3. MASA TUNGGU
Kalau produk atau penyakit yang diklaim belum melewati dari masa tunggu dari asuransi terkait. Misalnya ada yang baru bisa melakukan klaim RS setelah 30 hari membuka polis, untuk penyakit tertentu baru bisa diklaim setelah 1 tahun, dst.
4. FRAUD
Kalau ada motif kriminal kriminil butsu biar bisa dapet uang pertanggungan asuransi. Misalnya kalau gue meninggal, saudara gue yang akan mendapatkan uang pertanggungan dari asuransi gue (warisan). Terus biar tajir, saudara gue nimpuk gue pake kelereng sampe gue mati. Nah kayak gini dia nggak dapet nih.
5. NO RIDERS
Kalau produk asuransi yang di klaim ternyata nggak ada di polis nasabah. Misalnya gue sakit galau karena ketombean. Nah terus gue opname di rumah sakit karena ini. JAH TERNYATA DI POLIS GUE, KETOMBEAN NGGAK DICOVER ASURANSI. Yaudah berujung butsu, bayar sendiri.
4. Besar iuran
Asuransi kesehatan memiliki iuran yang cenderung lebih besar daripada BPJS. Paket polis asuransi ada bermacam-macam, dari yang iuran polisnya 250 ribu sebulan, sampe yang tumpe-tumpe juga ada. Namun biasanya dibayarkan hanya dalam jangka waktu 10 tahun, dengan merasakan manfaat sampai tua, tergantung polis masing-masing. Kalau BPJS iurannya lebih ringan, namun dibayarnya seumur hidup.Update di 8 Juli 2017 untuk iuran BPJS Kesehatan, bersumber di website BPJS Kesehatan
5. Batasan usia
Umur berapapun bisa jadi nasabah BPJS. Dari yang tua, muda sampe yang expired. Kalau asuransi kesehatan biasanya lebih sulit menerima calon nasabah yang usianya sudah nggak produktif, ataupun punya riwayat penyakit butsu (suram).
6. Investasi
Untuk BPJS, walaupun setiap bulannya kamu membayarkan iuran, apabila kamu nggak pernah menggunakan manfaatnya, yaudah duitnya hangus. Kalau di asuransi kesehatan, ada jumlah dari iuranmu yang menjadi investasi, tergantung perhitungan setiap polis.
Kira-kira begitu. Panjang juga yak. Tapi dengan plus minusnya sistem BPJS, cinta banget gue sama pemerintah yang memberikan jaminan sosial untuk penduduknya, terutama bagi yang kurang mampu. Gini loh…
Di Indonesia, ada peraturan di mana perusahaan kudu memberikan jaminan kesehatan kepada karyawannya. Cari tau deh.Butuh bukti, bukan janji? Cek aja dah. Ada beneran kok undang-undangnya. Hah, apa, perusahaan lo nggak ngasih jaminan kesehatan?Cek aja deh detailnya di websitenya BPJS Ketenagakerjaan, dan di web BPJS Kesehatan
Pokoknya menurut gue, punya jaminan kesehatan itu penting!
Data dari BPS di tahun 2012, 9 dari 10 wanita Indonesia menggantungkan hidupnya dari pasangannya. 60% dari wanita yang ditinggal mati suaminya, harus menurunkan standar hidup. Andai si suami mengasuransikan dirinya dengan sang istri jadi pewaris, better lah ya.
Oke ada beberapa study case kenapa menurut gue jaminan kesehatan itu penting.
Study case pertama. Februari 2015, gue dengan co-worker dari kantor lama, sebut saja BF, punya agenda kerjaan ke Semarang 2 hari dan langsung lanjut ke Surabaya untuk beberapa hari. Gue udah jadwalin meeting setumpuk dah buat kita. Singkat kata, si BF tau-tau kena usus buntu dan di hari kedua, langsung gue urusin untuk dioperasi di rumah sakit lokal Semarang. Kebetulan pada 11 Juli 2014 yang lalu, si BF baru membuka polis asuransi jiwa Prudential, jadi gue ngurus proses operasinya nggak mengeluarkan biaya terlebih dahulu, cuma menggunakan kartu rumah sakit dari Prudential dan KTPnya. Dadakan banget, kita sampe batalin 90% sisa agenda meeting di kedua kota itu. Nah, tebak deh berapa biaya yang kita bayar untuk biaya operasi usus buntu dan menginap di RS swasta Semarang untuk beberapa hari?GOCENG SAUDARA-SAUDARA!!!! Padahal billnya 13 jutaan gitu. Gue pas bayar antara bersyukur sama mau ketawa. Ini goceng, untuk membayar biaya tissue basah yang digunakan dalam proses operasi si BF, karena tidak termasuk item yang dicover oleh asuransi. Memang untuk obat-obatan dst sudah gue pastikan sebelumnya hanya mau menerima item yang ditanggung oleh asuransi si BF, dan proses ini dibantu oleh agen asuransi BF dari Jakarta. Abis itu gue langsung dong nambah 1 polis, buka sama agen si BF.Study case kedua. Istiqomatul Hayati adalah teman gue. Mbak Isti nggak punya BPJS, tapi dari perusahaannya memberikan polis Lippo Insuranceuntuk Mbak Isti, juga untuk suami dan anaknya dengan plafon 150 juta rupiah perkepala. April 2017 yang lalu, Mba Isti mengalami radang usus dan diopname di RS Sari Asih. Biaya opname, obat dan layanan dokter spesialis selama 11 malam sekitar 27 jutaan rupiah ditanggung seluruhnya oleh asuransi. Kebetulan polis Mba Isti juga mengcover rawat jalan dalam radar 30 hari sebelum dan sesudah rawat inap, namun hanya untuk penyakit yang berhubungan dengan diagnosa dokter ketika dirawat inap. Ketika gue ngobrol dengan Mba Isti, dia baru beberapa hari keluar dari RS dengan keadaan baru pulang dari kontrol dengan dokter spesialis penyakit dalam, juga dokter spesialif syaraf di RS Sari Asih, dengan bill 1,5 juta rupiah. Lalu 18-28 Mei 2017, Mba Isti kembali diopname dengan bill 27 jutaan lagi. Total tahun ini untuk radang usus, total pengeluaran untuk opname dan rawat jalan Mba Isti adalah sekitar 60 jutaan rupiah. Again, semua biaya ini dicover Lippo Insurance. (Source pic)Bayangin aja gimana coba kalo nggak ada jaminan kesehatanStudy case ke-3, Juni 2015 lalu, gue diopname di RSIA Bunda Jakarta karena didiagnosis asam lambung naik. Kalo diagnosis gue sendri sih, keracunan susu (belagu banget lebih percaya diagnosis sendiri daripada dokter spesialis). Gue lupa diopname semalam atau 2 malam. Billnya jutaan, tapi full dicover asuransi Prudential gue. Gue cuma bayar pake cinta.
Anyway, selain BPJS, sekarang gue punya 3 polis asuransi. Termasuk asuransi proteksi income. Jadi kalau tiba-tiba gue terkena amsiong (baca: penyakit butsu yang terdaftar di polis) gue akan mendapatkan dana senilai gaji gue setiap bulan, selama 7 tahun. Uangnya akan didapat di awal sehingga bisa diputer-puter biar gemesh. Produk ini gue ambil dengan pertimbangan, selain gue emang menghidupi diri gue sendiri, bahkan ada beberapa tanggungan yang nggak boleh berhenti diurus tiap bulannya. Kalo tiba-tiba gue butsu (baca: suram) kan kasyan.
Study case ke-4. Ini agak surem sih. Tiba-tiba beberapa bulan lalu, salah seorang dari keluarga gue diketahui memiliki tumor dan mium. Sepertinya sih karena kebiasaan makan mie instan dan kopi sachet instan dalam jumlah yang tidak wajar. Untunglah saudara yang sakit ini sudah kita daftarkan BPJS, sehingga seluruh proses pemeriksaan dan pengobatan ditanggung oleh jaminan kesehatan tersebut. Paling nyokap gue aja yang ribet bolak balik buat urus, tapi seenggaknya secara finansial aman. FIUH.Study case terakhir, mengenai Rizki Fitria Hakim yang biasa gue panggil Mba Kiki. Pertama gue kenal Mba Kiki ketika gue sedang mau membuat creative talkshow event di ballet room Art and Culture Center Lotte Shopping Avenue, Mba Kiki merupakan director di sana. Sejak itu kita berteman baik. Tiba-tiba pada Januari 2014 beliau terkena kanker rahim. Mba Kiki sudah memiliki polis asuransi Prudential yang preminya 500 ribu perbulan, plafon rumah sakit pertahun hanya 86 juta dan mendapatkan uang pertanggungan untuk penyakit kritis sebesar 52 juta rupiah. Dari polisnya, cover kamar rumah sakit waktu opname maksimal 200ribu permalam. Bill RS untuk 5 hari perawatan yang dicover asuransinya sekitar 30 jutaan, padahal untuk perawatan RS ini plus operasi di Singapura, Mba Kiki menghabiskan biaya sekitar 100 jutaan belum termasuk dengan biaya hidup di sana, juga 4 bulan biaya operasional tanpa bekerja karena harus bedrest18 Januari 2014, ikut menjenguk Mba Kiki di RSDalam kasus Mba Kiki, karena polis asuransinya dibuka 18 bulan sebelum dia sakit, begitu terkena kanker rahim, dia sudah tidak perlu membayar premi 500 ribu rupiah perbulan karena untuk seterusnya tanggungan polis dibayarkan oleh Prudential. Jadi kalau sakit lagi, Mba Kiki tetap bisa mengunakan manfaat asuransi tanpa membayar uang asuransi perbulannya.Ketika terkena musibah seperti ini, Mba Kiki nyesel banget karena cuma mengambil asuransi dengan plafon yang kecil, sehingga nilai manfaatnya kecil juga. Karena dulu waktu membuka asuransi, mbak Kiki hanya berniat membantu agennya tanpa memahami isi dari asuransinya, dan hanya mengandalkan asuransi dari kantor. Makanya penting banget waktu kita buka asuransi mending kita mempelajari betul polisnya, dan milih agen yang bagus baik dalam menjelaskan isi asuransi yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, juga si agen tersebut harus memiliki komitmen dan prestasi dalam menjalankan profesinya sebagai agen asuransi. Di kala sudah terkena sakit, untuk menaikan plafon asuransi menjadi lebih sulit dibanding orang yang lebih muda dan sehatYha. Intinya, tersedia bermacam-macam jaminan kesehatan dengan diferensiasi dari semua produk dan brand.Monggo dicompare mana yang paling sesuai dengan kebutuhan lo, semua ada plus minusnya. Tapi ini penting. So, please take care your self ya 🙂
8 thoughts on “Jaminan Kesehatan Tuh Penting Pake Banget”
makasih sharingnya mba jo, saya juga pecinta asuransi ada 3 malah. Untuk kesehatan kami sekeluarga dicover kantor saya dan suami. Asuransi pru untuk cover rawat inep dan investasi. BPJS krn wajib dr pemerintahkan ya dan satu lagi asuransi hari tua (Manulife) asuransi pendidikan anak. btw asuransi income itu apa ya ?
Yg income itu, jadi jaminannya kalau aku tiba-tiba terkena penyakit tertentu, bisa dapat uang pertanggungan dari asuransi untuk biaya hidup, kalau aku set nya untuk polisku, sebesar gaji selama 7tahun. Jadi kalau aku kenapa-kenapa aku ga terlalu khawatir soal biaya hidup. Karena ada beberapa tanggungan yang membuat ga memungkinkan kalau pendapatan terhenti 🙂
makasih sharingnya mba jo, saya juga pecinta asuransi ada 3 malah. Untuk kesehatan kami sekeluarga dicover kantor saya dan suami. Asuransi pru untuk cover rawat inep dan investasi. BPJS krn wajib dr pemerintahkan ya dan satu lagi asuransi hari tua (Manulife) asuransi pendidikan anak. btw asuransi income itu apa ya ?
LikeLike
Yg income itu, jadi jaminannya kalau aku tiba-tiba terkena penyakit tertentu, bisa dapat uang pertanggungan dari asuransi untuk biaya hidup, kalau aku set nya untuk polisku, sebesar gaji selama 7tahun. Jadi kalau aku kenapa-kenapa aku ga terlalu khawatir soal biaya hidup. Karena ada beberapa tanggungan yang membuat ga memungkinkan kalau pendapatan terhenti 🙂
LikeLiked by 1 person
bsikin dong apa asuransinya.
LikeLike
Gue si pruden cuma emang gue ga eksplore yang lain. Coba dicompare aja, kan banyak brandnya
LikeLiked by 1 person
oke noted..thanks ya
LikeLike
sukak dan menginsfirasi!
LikeLike
Makashi!
LikeLike
Reblogged this on Johana Kusnadi.
LikeLike