5 Maret 2017, gue iseng melakukan postingdiskusi di akun Facebook pribadi gue. Dalam waktu 11 jam, pertanyaan ini direspon oleh 45 responden yang 86,7%nya berasal atau dekat dengan industri kreatif.Menarik sekali melihat respon setiap orang yang memberikan pandangannya pada hasil survey di atas. Mayoritas mengatakan yang mahal itu bukan idenya, namun “eksekusinya.”
Secara sepintas, awalnya pendapat gue sama dengan mayoritas responden. Terutama karena dalam pengalaman mengerjakan beragam project, personal maupun dengan kolaborasi, seringkali gue jadi mempertanyakan ketika orang berkata “ide kan mahal,” karena pengalaman melihat berbagai macam ide yang tidak memiliki komitmen untuk direalisasikan yang berujung tidak jadi apa-apa. Lalu tiba-tiba terlihat ada orang lain yang merealisasikan ide tersebut. Pait.
Salah satu teman baik, Pak Daniel Surya, punya cara sendiri ketika menjawab nilai dari sebuah ide. Dalam konteks membuat suatu usaha, ide itu harus dinilai lebih besar dari uang. Kalau uang dinilai lebih besar dari ide, berarti kita mengunderestimate Tuhan. Ide datang dari otak kita yang diciptakan oleh Tuhan.
“Lalu kenapa kita harus menunggu ada uang dulu baru ide dijalankan? So, the best company, start small, pokoknya jalan dulu, dan ide dinilai lebih besar dari uang. Tapi ide tersebut harus disupport oleh kemauan untuk menjalankan ide tersebut.
Biasanya yang nggak berani merealisasikan ide sebelum ada “uang”, memang tujuan utamanya adalah uang. Kalau orang mencari suatu ide dengan tujuan utama uang, biasanya idenya will not that unique. Tapi kalau ide itu datang dari tujuan yang lebih dari uang, yaitu untuk menyelesaikan masalah, dan tidak menunggu ada “uang” baru mau menjalankan ide tersebut, biasanya idenya akan beda.
Mana yang unik dan berbeda?
Idea is should be really pure, original, and followed by passion.Ide gila bisa dijalankan kalau diikuti dengan relevansi yang tinggi, dalam arti banyak yang akan menggunakan/butuh.
Misalnya Teh Botol Sostro. Ada orang “gila” yang mikir, teh dimasukin ke botol dan bisa dibawa kemana-mana. Zaman dulu belum ada minuman teh di dalam kemasan botol, semua di gelas. Dengan memanfaatkan tradisi masyarakat Indonesia yang sangat menyukai minum teh, produk Teh Botol Sostro menjadi produk teh dalam kemasan botol siap minum pertama di dunia. Tahun 1974, produk ini dilaunching dan mendapat perhatian karena berbeda dengan produk minuman yang lain. (Source pic: doc)Kesehatan merupakan kebutuhan manusia. Ketika dunia menghadirkan produk air mineral dalam kemasan siap minum, dengan relevansi bahwa manusia mengerti bahwa air mentah itu kotor dan harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum, ternyata produk seperti ini laku di pasaran. (Source pic: doc)
Kita membeli produk tissue kemasan, dengan tujuan kepraktisan, bisa dibawa kemana saja, setelah digunakan tinggal dibuang. (Source pic: doc)
Jadi semua balik ke tujuan produk tersebut diciptakan. If you know what people need and no one can delivered it, that do it. Automaticlly that idea will different.“
Kalau melihat beliau, gue percaya ide yang bagus dan dinilai mahal itu karena ide tersebut berada satu paket dengan manusia yang dipercaya bisa merealisasikan ide tersebut. Dia bisa cari banyak orang yang punya uang untuk membeli idenya, tapi dia sebagai seorang yang punya banyak ide, pengalaman dan pemahaman, cuma ada 1. Ntap.
23 Oktober 2001, Apple melaunching iPod. Bukan alat pemutar musik pertama. Waktu itu masyarakat terbiasa membawa Walkman sebagai alat untuk mendengarkan musik yang cuma bisa memutar 1 kaset. Steve Jobs menawarkan ide yang berbeda, yaitu “1.000 songs in your pocket” dengan kapasitas 5GB pada hard drivenya. Juli 2002, Apple kembali memperkenalkan second generation iPod yang kombatibel dengan Windows dan bisa memuat sampai dengan 4,000 lagu. Tahun itu iPod terjual sebanyak 600.000 unit. Super!
Ide yang tepat adalah ide yang menjawab permasalahan yang ada, realistis untuk diwujudkan, sesuai dengan keadaan, zaman dan pasar yang ingin dituju.
Tahun 2000, Bill Gates dan prototype tablet PC dari Microsoft. Prototype ini diperkenalkan kepada publik di event the COMDEX Fall, Los Vegas. Kurang nendang. (Source pic: doc, source news: doc)Tahun 2010, Steve Jobs meluncurkan iPad, tablet yang mengkombinasikan 2 produk terbaik Apple yaitu Macbook dan iPhone. “More intimate than a laptop, and so much more capable than a smartphone,” kata Jobs. Akhir September 2010, angka penjualan iPad menembus 4,19 juta unit. (Source pic: doc)
Keripik kentang merupakan produk yang umum di Indonesia, tapi pada 2010, Bob Merdeka mengembangkan produk ini dengan ide branding yang bagus dan produk yang sedikit nakal. Yaitu memberikan level pedas yang bertingkat. Bob menggunakan cara marketing yang unik, berbeda dengan produk keripik kentang lokal yang lain. (Source pic: doc)
Maicih juga memberikan progress dari segi desain kemasan menjadi lebih baik dibanding ketika awal launch (Source pic: doc)
“Ide dan merealisasikan ide itu dua hal berbeda. Ide itu sifatnya gagasan, teori, dan tak terukur. Sementara merealisasikan ide itu sifatnya nyata, eksekusi, dan terukur dalam banyak hal. Misalnya ukuran harga, ekonomis, dst. Menentukan ide itu berharga atau tidak, adalah dari yang membutuhkan ide itu. Ide “keripik rasa kopi” bisa jadi tidak berharga, tapi bagi pengusaha keripik yg lagi buntu dengan ide rasa baru bisa jadi sangat berharga. Perkara laku atau tidak laku, ada di fase eksekusi. Bukan fase ide lagi.
Zaman dulu Tolkien bikin buku yang isinya cuma ide-ide dan hayalan dia tentang Middle Earth, ratusan tahun ia hanya dihargai sebagai sebuah buku. (Source pic: doc)Tahun 90-an, Peter Jackson punya ide memfilmkan ide Tolkien. (Source pic: doc)
Investor dan produser berani mengeluarkan uang sekian triliun hanya untuk “mengeksekusi” ide yang diceritakan Peter Jackson. Kenapa para investor berani “gambling?” Karena mereka yakin ide Peter Jackson ada valuenya. Orang Indonesia terlalu penakut dan hitung-hitungan melihat harga sebuah ide. Akhirnya, seringkali mereka mencampur aduk antara ide dan eksekusi. Seolah ide baru ada harganya jika sudah ter-eksekusi. Jadi tidak heran kenapa industri atau pengusaha Indonesia cenderung jadi follower dalam bisnis. Karena gak berani “bertaruh” membeli ide dan keluar uang untuk mengeksekusi ide tadi.”
– Motulz (blogger, sketcher)
Mungkin udah pada sering denger statement: Idea is King, but execution is Queen.Emang bener sih nih gue liat, sepasang sejoli jangan dipisahin, nanti sedih. Tambahan dari Steven Purwadipura yang doyan banget sama Game of Thrones, timing is hand of the king!
P.S: Btw next time gue mau ceritain lebih lengkap tentang Pak Daniel Surya, ntap banget lah. Banyak banget yang bisa kita pelajari bersama. Sabar yak 🙂
Belum tentu juga yang punya ide klo dikasi duit bisa jalan. Yg ada malah grogi, duit keburu habis, ide jalan ditempat. Hahaha. Klo ada King and Queen, komitmen itu the Princes nya. Klo ngambek…bubar deh semuaa 😂
Belum tentu juga yang punya ide klo dikasi duit bisa jalan. Yg ada malah grogi, duit keburu habis, ide jalan ditempat. Hahaha. Klo ada King and Queen, komitmen itu the Princes nya. Klo ngambek…bubar deh semuaa 😂
LikeLiked by 1 person
favorittt ciciii ❤
LikeLiked by 1 person
Makaciiii kokohhh Pelixxx
LikeLike
Nice Article..
LikeLiked by 1 person
Thank you 🙂
LikeLike
require the right amount of balance between idea & execution, indeed
LikeLiked by 1 person
lovely post ❤️❤️ bener jg sih ide dan eksekusi harus sejalan, yang selama ini kita memikirkan ide yg jadi cm jalan doang..
LikeLike
:)) terimakasih Kafana 🙂
LikeLike