Temen Beneran Nggak Minta Harga Temen Apalagi Gratis

21
Tulisan gue kali ini gue dedikasikan untuk orang yang hobinya bukanya baca buku berbobot, belajar, bermanfaat untuk orang lain, kerja yang bener, makan enak, tapi malah suka mengeluarkan statement di bawah ini. Actually tulisan ini gue bikin buat mengingatkan diri gue sendiri juga. Bukan buat yang nggak ada duit beneran, tapi emang kayak gitu aja orangnya. Pasti di antara kita pernah mendengar statement seperti ini:

“Eh barang jualan lo lucuk deh. Gue mau dong, harga temen ya”

“Gue lagi mau bikin bisnis nih. Lo kan desainer, bisa desainin logo gak buat gue?  Tapi jangan mahal-mahal ya, harga temen aja”

“Eh lo kerja di perusahaan “x” ya, keren tuh produknya bagus-bagus. Ada barang gratisannya nggak buat gue?”

Hahaha. Statement di atas rese banget kalo keluar dari orang yang bukanya nggak bisa bayar/memberikan effort sebagai ganti dari apa yang dia dapatkan. Iya-iya, gue sendiri juga pernah ada di masa alay dimana gue selalu jadi pelaku yang ngeluarin statement kayak gini. Tapi gue udah tobat kok, seenggaknya mencoba untuk bertobat. Apa yang bikin gue sadar? Gue merenungkan beberapa fakta disekitar gue.

  1. Setiap orang memiliki profesi yang berbeda-beda. Menawarkan barang dan jasa yang berbeda-beda. Justru karena berbeda, bisa timbul saling membutuhkan. Kalo semua orang jadi dokter, siapa yang mau bayar jasa dokter yang sama dengan dirinya sendiri? Semua profesi yang halal tuh harus dihargai. Kalo dia kemahalan ya dia emang menempatkan diri dengan positioning seperti itu.
  2. Dia melakukan profesinya yang sekarang juga membutuhkan modal. Bisa dengan modal waktu, investasi dana pendidikan, modal mentraktir mentornya makan luksuri, latihan sekian lama agar menjadi ekspert, modal menyediakan alat dan bahan misalnya, transportasi, pulsa, invest waktu mentorin team, dst. Apa aja dah.
  3. Orang yang berdagang barang/jasa itu dia mencari nafkah loh. Iye, nafkah. Bisa jadi tuh duit buat bayar kosan, buat ngajak cewek ngedate (hayoloh jangan-jangan dia jomblo akut gara2 lo), buat bayar karyawan, buat bantu orang tua di rumah, dst.
  4. Orang yang kerja di suatu perusahaan bukan berati dia mendapatkan free flow fasilitas/produk yang dikeluarkan dari perusahaan tersebut.
  5. Orang dengan profesi yang berbeda dengan gue, sama halnya dengan gue, memiliki target sendiri. Bisa target pribadi/ target dari perusahan. Bisa aja doi mau buat makan enak bulan ini, atau untuk beli rumah, mau berangkatin Emak Bapak pergi naik haji, dst.

Ini nih gue kasih cerita, diangkat dari kisah nyata. Kejadiannya di tahun 2015, menimpa temen baik gue dari SMP, sebut saja namanya “Lin”, mendapatkan klien yang merupakan temen dia, sebut saja “QQ.” Lin berprofesi sebagai desainer grafis (S1 jebolan DKV UNTAR, mahal loh kuliahnya), dan dia sedang didera masalah keuangan yang cukup memprihatinkan. Suatu hari QQ datang sebagai “teman” yang meminta Lin untuk membuatkan desain banner dan selebaran menu untuk usaha makanan yang akan baru dia rintis. Berdalih sedang memiliki masalah keuangan, QQ meminta Lin untuk mengerti akan keadaan QQ yang sedang sulit dan propose harga teman untuk kerjaan desain yang sangat diburu-burui ini.

whatsapp-image-2016-12-02-at-10-17-18-pm

 

Percakapan via Whatsapp Apps ini berakhir dengan Lin tidak pernah lagi menerima respon. Bayarannya yang butsu itu juga cuma diterima setengah. Lalu di social media QQ yang mengaku sedang kesulitan keuangan, terposting fotonya yang sedang berlibur ke Thailand. Beberapa waktu yang lalu QQ yang mengaku sebagai “teman” dengan meminta harga “teman” menikah, dan Lin tidak pernah menerima undangan pernikahan itu. Apa orang kayak gini yang lo sebut teman?

Gue sendiri juga pernah mengalami di zaman dahulu kala disaat gue masih mendesain (ya, gue lulusan desain grafis). Seorang teman meminta didesainkan logo untuk brand yang sedang dia bangun dengan harga teman. Sudah dikasih harga teman, revisi tanpa batas, eh, orangnya ngilang dan bayarannya nunggak sampai sekarang. Bilangnya waktu itu nggak punya uang, tapi tau-tau ke Singapura, Bali, dst. Gue ke luar negeri aja belom pernah. Menurut gue sih yang kayak gini bukan teman. Atau gue gak butuh teman macam ini.

Baca juga: MAHALNYA LINGKUNGAN DAN NETWORK

1
Shedi…

 

Tapi ada kalanya ketika ada teman berniatan baik untuk memberikan kita sesuatu ya terima aja kalau dirasa asik. Karena kalau memang itu good will dari si pemberi sih memang nggak enak kalau ditolak. Guepun shedi kalau pengen kasih something ke teman baik, tapi tidak diterima.

Gue dikelilingi teman-teman yang menjual jasa maupun produk mereka. 1 hari, emang gue lagi kere berat karena abis resign dan memutuskan leha-leha dulu istirahat selama 2 bulan. Seperti biasa gue mendapatkan cahaya surga, tiba-tiba gue ditawarin temen baik gue yang seorang designer grafis kece badai, Timothy Istianto, untuk dibuatkan design name card gratis, malah dia menolak untuk dibayar karena katanya ini bentuk support dia sebagai teman gue. Ya mau lah gue! Bangga banget gue bisa punya name card yang didesignkan oleh Timmy yang pernah menjadi Creative Director di perusahaan kita sebelumnya, juga dari Popcon Asia, event Pop Culture terbesar waktu itu. Setiap kali temen gue mencari referensi desainer, salah 1 nama yang gue referensikan sudah pasti Timmy. Memang gue nggak membayar dia dengan uang, tapi gue memastikan gue terus memberikan referensi secara aktif. Terutama karena karyanya memang keren ya. Tanpa gue referensikan, untuk yang tau Timmy, tau kalo karyanya keren banget. Gue pengen liat talent bagus kayak gini bisa hidup makmur dari karyanya.

BACA JUGA: Name Card Baru Jojo, Design By TMV

Di lain cerita, selain mendengar cerita langsung, gue melihat banyak orang di seberang menawarkan kerjaan kepada orang yang profesinya sedang dibutuhkan. Yang dibutuhkan bisa berupa barang atau jasa. Namun dalam banyak kasus gue melihat sikap “gue nggak bayar lu ya, tapi lu dapet sorotan dari sini” atau “ini buat portofolio lo kok. Kapan lagi lo kerjain project gede.” Hm, iya kalo gede beneran. Iya kalo jadi portofolio yang bagus. Disini memang sebagai orang yang posisinya akan memberikan barang/jasanya, harus bisa cerdik melihat, bener nggak kalau dia memberikan product/ jasanya secara gratis atau murah, dia bisa mendapatkan value keuntungan dari situ? Kalau memang iya, sikat! Kalau ternyata nggak, coba dipikir lagi ya. Kecuali kalau memang alasannya mau membantu atau sosial.

Ada juga situasi ngoleh-ngoleh yang yang berbeda dengan kasus diatas, tapi “taste”nya sama:

“Eh lo mau ke Jepang? Nitip #>~^£{£€#(nama itemnya) yak! Gue dari dulu pengen banget. Thanks bro!” (Tapi nggak disertakan menitip uang untuk membeli barang ituh).

Kalo lo temen beneran, lo akan mikirin temen lo. Gimana nggak merugikan/memberatkan dia, gimana biar dia lebih bahagia.

Pokoknya kudunya dari awal kita punya deal yang jelas, jangan sampe abu-abu. Jangan sampe rasa nggak enak bikin kita jadi “nggak enak.” Mungkin ini saat yang tepat untuk belajar bilang “nggak.” Kalau memang dia teman, dia harusnya mengerti dan respect sama keputusan dan pendapat lo.

Gue belajar dari beberapa hal yang ada. Gue pengen menjadi orang yang lebih bermanfaat dan bisa memberikan value buat orang lain, nggak cuma mau mengambil keuntungan aja. Lebih dari itu, kalo emang menyebut diri sebagai teman, ya bersikaplah seperti teman, bukan parasit.

BACA JUGA: Memilih Circle Terdekat

BACA JUGA: Tentang sesuatu yang berharga

72 thoughts on “Temen Beneran Nggak Minta Harga Temen Apalagi Gratis

  1. Hey there! Someone in my Myspace group shared this website with us so I came to look it over. I’m definitely enjoying the information. I’m book-marking and will be tweeting this to my followers! Fantastic blog and excellent design and style.

    Like

  2. Yapp, gue juga pernah mengalami hal yang serupa, bahkan beberapa kali gue ngalamin ini. Bilangnya sih “Eh ada project nih, Ji”, “Ji, bisa desain-in banner?” Dengan senangnya gua terima project itu. Kirain gue bakal ada fee. Ternyata there is no fee at all. Dan salah satunya ada temen gue dari kecil. F*ck emang, patut di pertanyakan apakah mereka the real friends or fake friends?

    Liked by 1 person

  3. Motto saya “Jadilah orang yang bermanfaat bukan dimanfaatin orang lain.”
    Bener banget lebih baik tolak project yang dirasa gak ada untungnya (gratisan/harga temen) daripada diterima tapi sombat-sambat bikin fikiran stress gak sehat.

    Liked by 1 person

  4. Hmm….been there done that sis….mereka gak salah kok, cuma mereka misread aja mungkin. Kita ini desainer grafis, tapi mereka bacanya desainer gratis.
    Sekarang saya sudah punya tips kalo ada yg ngaku temen trs minta tolong desain sesuatu dengan “harga temen”plus bonus gak pake timeline dan konsep terserah, saya langsung referensikan snapy yes!! Hahahahaa
    Anyway nice blog…ijin share ya sis…

    Liked by 1 person

  5. Wah emang dilema orang bisa ngedesain. Dulu juga pernah dimintatolong sama “teman” buat dibikinin poster. Dia bilang “nanti ada angpaunya kok”. Seketika gue pun makin termotivasi. Seperti biasa, orang yang minta desain cukup banyak mau. Gue sampe bela2in pas on the way luar negeri di pesawat gue edit2 poster, pas udah sampe gue juga dimintain edit2. Ga peduli time difference pokoknya harus diedit sesuai ketentuan dia dan dikelarin secepetnya. Gue yg wkt itu keinduksi kata “angpao” jadi semangat. Di akhir, poster temen gue (buatan gue) juara lomba. Itu kejadian tahun 2015, tapi sampe tahun 2017 gue belum dapet angpao ato oleh2 yang dia janjiin 😂

    Mau nagih nanti dibilang nggak ikhlas. Mau nggak nagih tapi nyesek juga, berhubung lo udah bela2in waktu lo buat leha2 liburan buat poster dia yang diapresiasi tapi lo gak dapet bagian dari apreasiasi yang dia dapetin…

    Like

  6. Ngakak sendiri baca tulisan ini…

    Gw bergelut diusaha rental dan jasa desain arsitek… Kadang gumoh juga sm yg bginian.

    Temen yg baik harus nya support usaha kita dengan tidak memakai kata ‘harga temen’.

    Kalo temen lu lg buka usaha dukung dia dg mnjadi klien normal, ini mah kita baru merangkak buka usaha udah di ‘harga temen-in’ dulu. Boro2 usaha mo untung yang ada kerja bakti gara2 kasus bginian… Hahahaha

    Like

  7. yah pada dasarnya kita juga sadar dan berniat juga ngasih potongan harga ke teman itu toh namanya juga temen, namun si teman itu kadang meminta diskon yang berlebihan yang ujung ujungnya memberatkan.

    Like

  8. Halo salam kenal jo
    Sekilas curcol nih
    Profesi gue fashion designer , dan kasusnya sama bgt , sering banget ngalamin kyak begini

    Yang pertama, tipe endorse nih
    Temen2 gue banyak si yang bilang “minta endorse” untuk keperluan dia.
    Mm bukanya endorse itu kita yang kasih yaa.. Kalo kita liat dia worthed ya kita yang menawarin endorse kan ya? ..
    .
    Ada juga nih tipe sponsor
    Sponsor ke acara yg uda di support eh… Janji promosi dan file foto ga pernah dikirim ga ada kliatan timbal baliknya hiks..padahal acaranya ude selese .
    .
    Ada juga yg parah perusahaan2 gede semacam resort yanh luksuri milik Bumn lhoh.. Sewa gaun gue buat dipajang di brosur dan portofolio mereka , tapi bilang NoBudget , padahal resort yg tamunya bule2 ,harga room nya mehong juga lho
    .
    Syedihh….

    Like

  9. Saya pernah dibayar dengan “harga temen” dengan nilai paling minimalis dan nggak layak. Hitung2 rugi sih soalnya gak nutup sama sekali, tapi mikir kedepannya yaudah untuk kali ini saja, itung2 harga promo. Tapi semenjak itu beneran dapet yg lebih baik, rekomendasi dari orang2 dr project “harga temen” itu.

    Like

  10. Contoh yg terakhir tuh baru aja kejadian.. Minta nitip oleh2 yg sebenernya lumayan mahal, tapi ga nitip uang sama sekali.. Tapi minta barangnya harus ada.. Sementara saya pas liburan aja cuma sanggup beli kaos satu dgn harga termurah udah nawar2 pula.. Buat nyari barang titipan itu harus muter2 belum tentu nemu.. Tapi ampe skrg orangnya ga nagih dan saya jg ga ngabarin emang krna ga beli ga nemu.. Tujuan liburan buat nikmatin tempatnya, bukan nyari oleh2.. Hadehh..

    Like

  11. pernah banget ngalamin kaya gini. paling parah, ada temen mau buka cafe dia minta dibikinin desain logo, banner, sama poster, plus bodycopy buat posternya minta juga ditulisin. kata dia bakal bayar berapapun. sebulanan minta revisi mulu, tiap gw di kantor dia main ngeping bbm aja, katanya minta buru-buru diberesin. dia bilang musti profesional harus bisa bagi waktu, eh giliran udah beres, terus gw kasih tagihannya, dia bingung. dia kira 100-200rb doang. ada lima bulan kali dia janji bakal bayar, eh pas udah waktunya bayar dia bilang “sorry gajadi pake desain lo.” padahal desain lowres yang gw kirim udah dia publish di instagram cafenya wkwkwk.

    Like

  12. bang mau tanya, klo seumpama kita mau minta tolong ke temen yg kuliah DKV atau punya kemampuan buat design buat bikinin design semisal buat x-banner, kaos, logo atau poster ukuran A2 itu range harganya kira kira berapa ya? soalnya selama ini ketika minta tolong temen buat bikinin design, ketika ditanya harus bayar berapa mereka jawabnya udah belikan pulsa aja, udah traktir makan disini aja, udah bagi produknya satu aja (semisal bikin kaos, mug), setelah aku baca postingan ini dan tahu harga design itu mahal ya jadi gak enak klo kedepannya mau minta tolong ke temen lagi

    Like

  13. Ihhhh stuju bener!!!!! hahahahaha kita (gue ama suami) juga uda seriiiiiiiing banget ngalamin begini! uda super murah, ga dilunasin PULAK! hahahahaha thanks for sharing. At least kita ngerasa finally punya “temen” senasip yang ngecurhatin curhatan kita hehehe.

    Like

  14. Di minta bos bikin design Menu, Banner, Spanduk ukuran beda2 tiap mau cetak, belum suruh gonta ganti warna menu kalo setiap cetak warna yg di liat d komputer beda smhsil cetak. Kerjanya lembur 4hr. Beliau dateng manggil saya d akhir bulan, dia bisikin “ini buat design kamu”.. (Senangnya hatiku)..*cling* 200rb -tiba2 dia cm bkg makasih lalu pergi. Gmna lagi, BOS namanya ya gtu

    Like

  15. Salam Kenal Johana

    sering ngalamin hal seperti ini…tapi seiring berjalan nya wktu dan berkembang nya skill….gw banyak menolak tawaran dengan “harga teman” dan gw kasih penjelasan apa yg gua buat, gw konsep kan, gw realisasikan itu memang mahal…ide kreatif itu tidak banyak di miliki orang2 awam…dan kadang gua dengan sedikit sombong…bisa di lihat dari portfolio…
    kadang kita sebagai designer yg di cari2 atau di butuh kan…kita boleh lah agak sombong…

    Mackie Artwork

    Like

  16. Kalau gue masih pake kata “harga temen” atau istilah lain supaya didiskonin, tujuannya buat nekan cost. Ini penting buat gw! xD Tapi ini selalu gw lakuin diawal sebelum deal2an, proses negosiasi kalau cocok baru deal – kalau udah deal masing2 harus profesional sesuai kontrak. xD

    Selain gw yang minta harga temen, kadangpun gue diminta harga temen. xD
    Kejadian pernah sama temen deket, udah dikasi harga murah sadis tapi mintanya banyak – tapi tetep gue tolak. Ada yang udah deal diharga sadis, gue tetep akan kerjain secara profesional.

    Jadi buat gue, proses negosiasi sangat lumrah dan selalu ada di dunia bisnis – apapun. Selama udah deal, masing2 harus jaga profesionalitas. Tapi sebagai client negosiasi harus mempertimbangkan dari faktor manusia, karena kalau terlalu sadis — kadang hasilnya juga sadis. wekeke..

    Like

  17. Pernah nih begini. Temen di depkeu mau hire gue. Ada beberapa hal yang gue inget. Pertama, dia beda “dunia” sama gue, dunia yang masih menganggap designer UI ini harganya sekian juta doang per project sebulan. Kedua, dia minta harga temen dong. Gue tawarin “kualitas temen”, seadanya yang gue mau kasihin ke lu untuk barter dengan nilai duit yang lu kasih ke gue (visual, timeline, respon). Bisa ditebak, dia nolak karena dia bilang ini project serius. Lah, lu kata kerjaan gue ga serius? Hahahaha konyol sih…

    Like

  18. Ihh gue pernah jo nolak permitaaan temen gue bikinin gambar dia sama cewenya gara2 kpentok harga.. terus dia bilang mahal bgt ginian doang padahal cuma buat iseng aja katanya, harga temen sih katanya..

    Terus krn gw gamau bikin dgn ‘ harga temen’ gue diomongin dari belakang deh.. huhuu

    Like

  19. bener jo.. gw coba angkat dikit dari sektor ART/Seni. skill seni atau jasa seni sering bgt ga dianggep, barang2 yg lebih jelas ketauan harganya, giliran seni? kalo bisa for free kenapa ngga? (gimana mo maju dunia seni dan orang2 pekerja seni kapan mencapai kemapanan kalo kaya gini terus?) deal dengan lower rate (tapi abis itu request dengan ekspektasi yg dewa) or sering kali tester for free tapi begitu tester udah dibikin ga lanjut dealing harga, ngilang aja kaya jurus ninja asap. T_T

    Like

  20. mental kita masih banyak yg seperti itu, tapi perlahan-lahan sepertinya banyak juga yg sudah sadar dengan tanpa embel2 harga temen. bahkan banyak juga diantara orang yang justru dimintai tolong malah sungkan untuk menerima dan menjawab ‘udah gausa gpp, buat temen’. semoga yang pada minta tolong juga tau situasi dan kondisi, terlebih effort yg uda dikeluarkan penolong :p

    Like

  21. Tulisan yang benar-benar bagus kak.
    Hiks, bahkan gak cuma dari teman, keluarga sendiri (sepupu/kerabat dekat lainnya) pun kadang ada yang modelnya begini, ingin dikasih “harga teman”. 😭

    Like

  22. biaya neraktir mentor juga di ikutin bang… 😀
    btw emang kadang temen mah gitu, temen Dari semua lapisan Baik itu orang atas ama orang menengah kebawah juga Sukanya keluarin jurus statement seperti itu.

    abang lulusan disain, Keren.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s